Saturday, March 24, 2012

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Bedah Plastik




PERSYARATAN UMUM
  1. WNI atau WNA yang telah memenuhi ketentuan imigrasi.
  2. Lulusan Fakultas Kedokteran di Indonesia, atau
  3. Lulusan Fakultas Kedokteran di luar Indonesia yang telah mendapatkan sertifikat adaptasi.
  4. Tidak memiliki cacat tubuh atau ketunaan yang dapat mengganggu kelancaran studi pada program studi yang dipilih.
  5. Memiliki Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).
  6. Memiliki surat keterangan sehat dari instansi pemerintah.
  7. Membuat surat persetujuan mengikuti Pendidikan Spesialis dari atasan (bagi yang sedang bekerja).
  8. Mendapat surat rekomendasi dari organisasi profesi.
  9. Mendapat surat rekomendasi IDI Daerah untuk pindah IDI Surabaya apabila sudah diterima.
  10. Memiliki Surat Tanda Registrasi Profesi yang masih berlaku.
  11. Lulusan Perguruan Tinggi yang prodinya terakreditasi.
  12. Membuat surat pernyataan bersedia mematuhi semua peraturan yang berlaku di RSUD DR. SOETOMO; FK UNAIR
  13. Membuat surat persetujuan mengikuti Pendidikan Spesialis dari orang tua/suami/istri.
  14. Membuat surat pernyataan bersedia ditugaskan diseluruh wilayah Indonesia selama menempuh pendidikan diketahui oleh orang tua/suami/istri).
  15. Untuk Program tugas belajar DEPKES Mempunyai surat keterangan pembiayaan SPP Ditanggung DEPKES/DINKES setempat setelah dinyatakan lulus seleksi PPDS.
  16. Memiliki surat persetujuan/rekomendasi/penugasan dari instansi induk, sbb:
    • Bagi calon peserta dari Departemen Kesehatan dilampirkan surat persetujuan dari Dinkes Propinsi setempat.
    • Bagi calon peserta dari Departemen HANKAM dilampirkan surat persetujuan dari Kepala Pusat ABRI.
    • Bagi calon peserta dari Departemen lain dilampirkan surat persetujuan dari Kantor Wilayah Departemen Kesehatan setempat
    • Bagi calon peserta ex PTT akan diatur lebih lanjut sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang ada.
  17. Bagi peserta lulusan Program Studi S1 Pendidikan Dokter yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) harap melampirkan Surat Tanda Selesai Intership (STSI) yang diterbitkan oleh Komite Internship Dokter Indonesia (KIDI) Provinsi.

PERSYARATAN KHUSUS
  • Batas usia saat mulai pendidikan < 35 tahun (kecuali staf pengajar)
  • Memiliki sertifikat ATLS dalam 5 tahun terakhir
  • TOEFL minimal 500



Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi :
Sekretariat TKP PPDS-1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Jl. Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya
Telp. 031-5501067, 5501070, 5020251 (pesawat 196), Fax. 031-5022472

Kantor Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Airlangga
Jl. Dharmawangsa 29 Surabaya
Telp. 0315048654, Fax. 0315048046
Web: www.ppmb.unair.ac.id | Email: ppmb@unair.ac.id

PETA DISTRIBUSI ALUMNI PPDS BEDAH PLASTIK SURABAYA

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, SERTA STRATEGI PENCAPAIAN BEDAH PLASTIK SURABAYA





Visi :
  1. Menjadikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik FK.Unair/RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2017sebagai salah satu pusat pendidikan, pelayanan dan penelitian bedah rekonstruksi dan estetik yang mandiri, inovatif, terkemuka di tingkat nasional, regional dan internasional sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masa depan, pelopor pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, humaniora, seni dan bermoral.
  2. Pemuka dalam bidang pendidikan, pemuka dalam penelitian dan pemuka dalam pengabdian kepada masyarakat.
Misi :
  1. Menyelenggarakan pendidikan dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik yang berkualitas, berbasis teknologi pembelajaran modern dan menghasilkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan masa kini dan masa depan.
  2. Menyelenggarakan penelitian bedah rekonstruksi dan estetik yang inovatif dan berkualitas untuk menunjang pengembangan pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat.
  3. Melaksanakan pelayanan berkualitas dengan luaran : Aman, Informatif, Efektif, Efisien, Mutu, Manusiawi dan Memuaskan.
  4. Menjalin dan mengembangkan hubungan kemitraan di tingkat nasional dan internasional baik dengan rumah sakit maupun pusat pendidikan bedah plastik yang lain.
  5. Mendarmabaktikan keahlian dalam bidang rekonstruksi dan estetik kepada masyarakat.
  6. Mengupayakan pengembangan organisasi dan manajemen internal yang berorientasi pada mutu dan standar manajemen modern yang kredibel, otonom dan akuntabel.
Tujuan :
  1. Mengenal, merumuskan, menyusun prioritas dan menangani masalah klinik dan sosial dalam bidang bedah plastik rekonstruksi dan estetik secara kritis analitis, rasional, ilmiah dan orisinil.
  2. Melakukan pemeriksaan, menetapkan diagnosis, serta melakukan dan meningkatkan usaha pencegahan, pengobatan, perawatan, rehabilitasi serta melaksanakan sistem rujukan dalam bidang ilmu bedah plastik rekonstruksi dan estetik dengan mengingat aspek-aspek jasmani, rohani dan sosio budaya penderita.
  3. Meningkatkan dan mengembangkan diri dalam bidang pelayanan dan perlindungan di bidang kedokteran umumnya dan ilmu bedah plastik rekonstruksi dan estetik khususnya dengan berpedoman pada pendidikan seumur hidup.
  4. Membantu pengembangan ilmu bedah plastik rekonstruksi dan estetik dengan ikut serta dalam pendidikan dan penelitian dengan menggunakan / memanfaatkan kepustakaan dan fasilitas yang tersedia dan berkomunikasi lisan / tulisan secara universal.
  5. Mampu menentukan, merencanakan dan melaksanakan pendidikan, penelitian secara mandiri dan mengembangkan ilmu ke tingkat akademik yang lebih tinggi.
  6. Menunjukkan sifat dan sikap pribadi yang memadai untuk profesi ilmu bedah plastik rekonstruksi dan estetik sesuai dengan kode etik kedokteran Indonesia.



Struktur Organisasi
Departemen Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr.Soetomo
Surabaya





SEJARAH BEDAH PLASTIK REKONSTRUKSI DAN ESTETIK DI SURABAYA






Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., Sp.BP(K) adalah perintis yang membangun dan mengembangkan Bedah Plastik ini di Surabaya dan Indonesia. Pada sekitar tahun 1970 bedah plastik di Surabaya masih belum begitu dikenal dengan baik dan belum jelas bidang pelayanannya. Pendidikan spesialis pun pada waktu itu hanya magang, tak ada katalog program studi dan tak ada ujian semester. Trend untuk subspesialisme waktu itu sudah ada, misalnya dr. Liem Bing Hwie ke Bedah Thorax, dr. Suwiji ke Bedah Digestif, dr. P. Zaini ke Urologi dan dr. Julianto Btdhi ke Orthopedi. Tetapi belum ada yang mengarah ke Bedah Plastik oleh karena itulah Bedah Plastik relatif tak dikenal.Lalu belakangan ada kesan kalau dr. Hidayat Hamami berminat di Bedah Plastik dan dr. Sukarja yang ambil Onkologi waktu itu juga menaruh minat di Bedah Plastik. Tetapi sebatas kesan karena tidak ditekuni secara berkelanjutan. Sebagai gambaran, aktivitas waktu itu kalau ada kasus sumbing, saling lempar siapa yang akan mengoperasinya karena masih buta, tidak ada petunjuk yang jelas bagaimana teknik operasinya. Operasi palatum angka kematiannya amat tinggi sekitar 50%. Skin graft dikenal hanya Thiersch (sejenis Thin Split Thickness) tetapi kenyataannya bisa jadi thin, intermediate atau thick split thickness, karena alatnya hanya pakai pisau besar seperti pisau dapur. Dan angka ‘take’nya amat rendah. Luka bakar terbengkalai, tidak terkelola dengan baik, tidak ada protokol dan pasien bisa tidur diatas tikar.

Tahun 1975 Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) berangkat ke Groningen Belanda belajar di Prof. Huffstadt. Disamping belajar di Groningen beliau juga mengikuti beberapa kursus microsurgery, kongres dan kursus internasional di Glasgow Scotland. Setelah Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) kembali mulailah merintis dan mengembangkan Bedah Plastik di Surabaya baik untuk dikenal dalam dunia pendidikan di Surabaya maupun kepada masyarakat awam lewat media dengan operasi-operasi kosmetik dan operasi ubah kelamin.

Kemudian dr. M. Taufiek berangkat ke Perancis untuk belajar Bedah Plastik. Setelah kembali langsung memperkuat Bedah Plastik. Setelah itu dr. Sjaifuddin Noer bergabung. dr. M. Taufiek karena sakit akhirnya meninggal dunia bulan September tahun 1994. Sekitar Juni tahun 1997 yang lalu dr. David S Perdanakusuma setelah selesai pendidikannya di Jakarta bergabung. Di tahun 1998 FK Unair Surabaya disahkan sebagai institusi pendidikan dokter spesialis bedah plastik oleh Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun 2002 masuk dr. Iswinarno Doso Saputro sebagai staf, tahun 2005 dr. Agus Santoso Budi, tahun 2006 dr. Sitti Rizaliyana dan dr. Magda R Hutagalung, tahun 2007 dr. Lobredia Zarasade.

Pada waktu seksi-seksi di Bagian Bedah terbentuk pada dekade 1980-an, maka Bedah Plastikpun merupakan salah satu seksinya, disamping Orthopedi dengan pimpinan dr. Sukarna (nantinya jadi Prof), Urologi oleh dr. Widjoseno (nantinya jadi Prof.) sebagai cikal bakal spesialisme baru di Indonesia yang ada di Surabaya. Seksi-seksi lainya adalah bagian dari Bedah Umum.

Tahun 1980 dibentuk PERAPI (Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia) dengan dr. Sidik Setiamihardja, SpBP sebagai ketua selama 2 periode sampai tahun 1986. Dibuat katalog program studi yang memuat kurikulum pendidikan. Ketua berikutnya sesudah itu adalah Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) dalam 4 periode 1986 - 1998.

Pada tahun 1990 Program Studi Bedah Plastik disahkan Dirjen Dikti dan mulailah pendidikan spesialis dengan hanya satu tempat pendidikan di Jakarta, dan PERAPI diakui sebagai organisasi Spesialis oleh IDI dalam kongresnya di Yogyakarta, berdampingan dengan organisasi spesialis kedokteran lainnya. Institusi pendidikan Bedah Plastik kedua di Indonesia adalah Surabaya baru disahkan pada tahun 1998. Cukup membahagiakan bahwa hal itu semua terjadi waktu PERAPI berada dalam periode pimpinan Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K).

Di bidang akademik Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K) menjadi Doktor tahun 1987 dengan promotor Prof. Basoeki Wirjowidjojo, dr dan Prof. Huffstadt dan dikukuhkan sebagai Guru Besar Unair tahun 1997.Dr. David S Perdanakusuma menjadi Doktor tahun 2003 dengan promotor Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., Sp.BP(K) dan Prof. Purnomo Surjohudojo, dr. Pada bulan Desember 2007 Prof. M. Sjaifuddin Noer dikukuhkan menjadi Guru Besar Universitas Airlangga, selanjutnya pada bulan Mei 2009 Prof. David S Perdanakusuma, dr., SpBP(K) dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Airlangga. Saat ini dua orang staf dr. Iswinarno DS, SpBP(K) dan dr. Sitti Rizaliyana, SpBP(K) sedang menempuh program Doktor di Pasca Sarjana Universitas Airlangga

Sekalipun Ilmu Bedah Plastik sudah sebagai suatu spesialisme, tetapi untuk bisa benar-benar ‘independen’ sebagai layaknya suatu spesialisme, banyak halangannya. Sebenarnya menjadi independen bukan berarti tidak membutuhkan orang lain, seperti yang dikira oleh banyak orang. Independen artinya membuat keputusan sendiri. Kebutuhan dengan orang lain adalah mutlak dan diatur dengan ‘kerja sama’ yang artinya tidak harus jadi anggotanya atau jadi keluarganya.

Pada tahun 2002, Bedah Plastik, Orthopedi, Urologi dan Bedah Saraf di Surabaya bisa jadi Bagian/Departemen sendiri yang independen di luar dari asuhan Bagian/Departemen Bedah Umum. Ini akan menambah mudahnya laju pengembangan suatu spesialisme. Sampai saat ini kondisi yang serupa belum terbentuk di institusi pendidikan lain.

Bulan Oktober 2001 lulusan pertama dr. Djohan Wirawan (saat ini bertugas di Balikpapan) dan April 2002 kami meluluskan rombongan Spesialis Bedah Plastik kami sebayak 3 orang yaitu: dr. M. Jailani (kembali bertugas di Universitas Syah Kuala, Nangroe Aceh Darussalam dan juga diperbantukan di Medan), dr. Iswinarno Doso Saputro (diangkat menjadi staf Departemen / SMF Ilmu Bedah Plastik FK Unair / RSU Dr. Soetomo Surabaya), selanjutnya dr. Ramli Dali (bertugas di Manado). Kemudian semester demi semester berikutnya mengalir terus lulusan baru. April 2004 dr. Irra Rubianti Widarda (kembali bertugas di Bedah Plastik FK.Unpad/RSU Hasan Sadikin Bandung) dan dr. Tjandra Purnawan (bertugas di Surabaya). Nopember 2004 dr. Herman Yosef Limphat Wihastyoko (bertugas di Bedah Plastik FK.Unibraw/RSUD Dr. Sjaiful Anwar Malang). April 2005 dr. Sananto (bertugas di RS Haji Surabaya). Pada bulan September 2005, ada tiga orang lulusan dimana pada mereka inilah pertama kalinya dilakukan Ujian Board Nasional yakni dr. Fonny Josh (bertugas di Universitas HasanudinMakassar), dr. Dharma PTR Maluegha (bertugas di Banjarmasin) dan dr.Agus Santoso Budi (staf RSUD.Dr.Soetomo Surabaya). Sampai bulan Januari 2012 ini program studi bedah plastik FK Unair telah meluluskan sejumlah 29 orang.

Sampai dengan tahun 2012, jumlah staf pengajar dan pendidik klinis di Departemen Bedah Plastik FK Unair terdapat 8 staf pengajar, yakni :Prof. M. Sjaifuddin Noer, dr., SpBP(K), Prof. Dr. David S Perdanakusuma, dr., SpBP(K), Prof. Dr. Djohansjah Marzoeki, dr., SpBP(K), Iswinarno Doso Saputro, dr., SpBP(K), Agus Santoso Budi, dr., SpBP(K), Sitti Rizaliyana, dr., SpBP(K), Lobredia Zarasade, dr., SpBP(K), Magda Rosalina Hutagalung, dr., SpBP(KKF).

Berdasarkan hasil kongres luar biasa Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia pada tanggal 18 Desember 2012 nama Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Indonesia berganti nama menjadi Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik. Hal ini untuk memperjelas bidang yang selama ini digarap dan ditekuni. Nama kolegium, program studi, departemen, SMF menyesuaikan dengan nama baru menjadi Kolegium Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia serta Program Studi/Departemen/SMF Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik.